Wednesday, November 23, 2011

Joan Kartini Rossi

Mahasiswa Tenik Sipil dan Lingkungan, Semester 7.
Institut Pertanian Bogor.
Sebentar lagi akan lengser dari jabatannya sebagai Sekretaris Umum Himatesil (Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan).

Mengapa Air Laut Asin?

Lima per tujuh bagian dari permukaan bumi ini merupakan samudera luas yang penuh air dengan rasanya yang asin. Setiap saat tanpa pernah berhenti, berjuta-juta sungai yang besar dan kecil menumpahkan dan melemparkan berjuta-juta ton kotoran ke laut yang asin itu. Kalau sekiranya air laut itu tidak asin, kotoran-kotoran itu akan mengeluarkan bau yang sangat busuk, sehingga dalam beberapa bulan saja seluruh air laut itu akan menjadi busuk, sebusuk-busuknya. Dan setiap ruang di permukaan bumi ini akan penuh dengan bau yang busuk itu, sehingga bukan saja akan merusak kesehatan, tetapi malah akan memusnahkan seluruh kehidupan di permukaan bumi ini.


Dengan air laut yang asin itu, Allah telah melindungi segala kehidupan di muka bumi ini. Satu perlindungan yang tak kurang penting dan hebatnya dengan terjadinya malam dan siang, perputaran bumi yang menimbulkan musim-musim itu.

Ditulis oleh Bey Arifin dalam buku Samudera al-Fatihah halaman 25.

Jurnalistik, Kapitalisme!

Datang ke sebuah seminar memang selalu menginspirasi, bahkan bisa memanggil kembali idealisme yang hilang akibat nyamannya hidup kemarin. Pada hari Sabtu, 19 November 2011 saya berkesempatan hadir pada acara Humans (Humanity by Words) - Menggugah Kepedulian Lewat Tulisan yang difasilitasi oleh Indonesia Magnificence of Zakat. Dalam acara ini diundang dua orang narasumber, yaitu Ahmad Fuadi seorang novelis dengan salah satu bukunya yaitu Negeri 5 Menara dan Sunaryo Adhiatmoko seorang jurnalis yang aktif menulis pada harian Republika.

Hal yang saya dapatkan dari acara ini adalah bahwa kita tidak perlu kaya untuk bisa membantu orang-orang miskin atau orang terbelakang. Kita bisa menulis tentang mereka, untuk kemudian diberitakan kepada khalayak ramai. Dengan tulisan yang jujur tanpa harus dibuat-buat kita bisa mendorong empati sesama sehingga muncul-lah gerakan kolektif masyarakat dalam melakukan perubahan-perubahan sosial yang adil bagi semua orang. Dengan hanya bermodalkan rasa ingin tahu, rasa ingin berbagi, semangat dan perjuangan, kita bisa membantu mereka yang menanti kita lewat tulisan-tulisan sebagai media yang akan memberikan ruang untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan mereka yang dirugikan oleh sistem sosial, politik dan kebudayaan. Misalnya, dari pengalaman pak Sunaryo yang berkesempatan meliput tentang korban perang di Somalia. Ternyata anak-anak disana kondisinya sangat meprihatinkan seperti kondisi tubuh yang kurus kering bahkan perutnya membuncit akibat busung lapar. Berbeda hal nya dengan anak-anak korban perang di Palestina yang kondisi fisiknya relatif lebih baik daripada anak-anak Somalia. Namun kita terlalu sibuk dengan sesuatu yang lebih 'populer' untuk dibicarakan dan melupakan yang lain. Beruntung pak Sunaryo bisa kembali utuh ke tanah air dan bisa menyampaikan berita kepada kita. Saya sangat salut kepada jurnalis-jurnalis yang rela meninggalkan kehidupan nyamannya dan berjuang mengangkat derajat orang-orang kecil.

Mungkin banyak diantara kita yang berpikiran bahwa percuma kita mengangkat derajat orang yang terbelakang itu, karena kita beranggapan bahwa mereka sangat sulit untuk berubah dan terlalu konservatif atas pemikirannya sendiri. Mereka adalah korban dan hendaknya kita Jangan Pernah Menyalahi Korban (Don't Blame the Victim). Jangan lupa, mereka menjadi seperti itu karena tempaan lingkungan dan keadaan yang membelenggu mereka.

Kita-mungkin yang hidup di kota besar-yang memiliki idealisme tinggi sangat menentang kapitalisme. Akan tetapi seringkali kita lupa diri bahwa pola pikir dan sikap kita bahkan sudah sangat kapitalis. Sebagai contoh, pada saat kita membeli barang di pasar atau di toko kelontong budaya tawar-menawar sudah sangat mendarah daging. Kita lupa bahwa kita berhadapan dengan orang kecil dan malah ingin mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Disisi lain kita akan sangat bangga membeli suatu barang di dalam gedung besar berpendingin ruangan tanpa harus repot-repot menawar.