Wednesday, December 7, 2011

Bumi yang Kuat dan Manusia yang Sombong

Terinspirasi (lagi) dari bukunya Paulo Coelho yang berjudul The Winner Stands Alone. Pembahasan menarik mengenai isu lingkungan dan bagaimana kita semua berlomba-lomba menyelamatkan bumi.
Terlepas dari perang, bencana kelaparan di Afrika, terorisme, pelanggaran hak asasi manusia, serta sikap arogan beberapa negara maju – dunia sibuk  memikirkan cara untuk menyelamatkan planet bumi yang malang dari berbagai ancaman yang dilakukan manusia.
“Ekologi. Selamatkan bumi. Konyol Sekali”
Namun Hamid tahu tidak ada gunanya melawan pendapat kolektif. Warna, aksesori, kain, acara-acara sosial yang diadakan kalangan Superclass, buku-buku yang terbit, music yang diputar di radio, film documenter yang dibuat para mantan politisi, film-film baru, bahan baku sepatu, bio-fuel baru, berbagai petisi yang diserahkan pada anggota kongres dan parlemen, saham-saham yang dijual bank-bank terbesar didunia, semuanya akan terfokus pada satu hal: menyelamatkan Bumi. Banyak dana terkumpul dalam semalam; berbagai perusahaan multinasional mendapat liputan besar oleh pers hanya karena tindakan tidak penting yang mereka lakukan; berbagai LSM palsu memasang iklan di berbagai stasiun TV ternama dan mendapatkan donasi ratusan juta dollar karena semua orang sepertinya terobsesi dengan nasib Bumi.
Setiap kali ia membaca artikel di Koran atau majalah yang ditulis oleh para politisi yang menggunakan isu pemanasan global atau kerusakan lingkungan sebagai landasan kampanye pemilu mereka, Hamid berpikir:
“kenapa kita sesombong itu? Planet ini, dari dulu hingga sekarang dan sampai selamanya tetap lebih kuat daripada kita. Kita tidak bisa menghancurkan Bumi; kalau tindakan kita mulai di luar batas, planet inilah yang akan melenyapkan kita dari permukaannya, sementara Bumi sendiri tetap ada. Mengapa mereka tidak berbicara tentang cara pencegahan supaya bumi ini tidak menghancurkan kita?
“karena ‘menyelamatkan Bumi’ seakan menunjukkan kekuatan, aksi, serta sifat agung. Sementara ‘mencegah Bumi agar tidak menghancurkan kita’ dapat mengarah pada rasa putus asa dan tidak berdaya, pada kesadaran bahwa kemampuan kita sangatlah terbatas”.

Begitulah pendapat kolektif selalu menyetir kita.

Buku The Winner Stands Alone – Paulo Coelho halaman 205-206 versi Indonesia.