Tuesday, November 23, 2010

that's what friends are for (Part.1)

hidup ini memang pilihan, yang selalu menuntut sebuah keputusan. hanya satu yang boleh diambil diantara dua maupun banyak. bahkan detik jam tak mampu berhenti hanya untuk menunggu kita berpikir-pikir menimbang sebuah keputusan. seperti waktu yang lalu saat aku memutuskan sesuatu hal besar diantara sekian banyak keputusan yang besar, yang sedikit banyak memengaruhi kehidupanku.

keputusan untuk memilih antara logika akal sehat atau perasaan.
logika yang berprinsip pada hukum Newton III, aksi=reaksi. logikanya si kancil yang menjauhi segala yang merugikannya. larut dalam perasaan indah namun menyakitkan karena takut kehilangan.
tapi saat itu adalah masa-masa yang sulit. saat dimana aku sangat membutuhkan dukungan, tapi aku tak bisa bergantung padanya walaupun sangat mengharapkannya. dan aku hanya bisa menunggu, menimbulkan goresan luka yang kian perih terasa. kemudian berpikir untuk segera mengakhirinya. bukan mengakhiri hidup tentunya, melainkan mengakhiri luka itu. tapi aku takut malah akan semakin memperlebar goresan itu.
tapi oh bukan itu yang ingin aku ceritakan, melainkan tentang kekuatan yang datang menghinggapi diriku.
aku hanya ingin berterima kasih pada seorang teman, yang memang diciptakan untuk berbagi mengatakan"takut itu tidak ada gunanya, karena tindakan mungkin ga selalu membawa kebaikan, tapi ga akan ada kebaikan yang terjadi kalo ga ada tindakan. ga ada gunanya diam disaat takut, hidup yang penting usaha dan doa, sisanya pasrah sama yang Kuasa".
akhirnya keputusan itu diambil, tanpa menunggu waktu yang tepat. karna aku tak pernah tau kapan waktu yang tepat itu datang. memang sakit rasanya dangila pada awalnya. tapi waktu akan mampu menyembuhkan meski tak mampu menghapus bekas luka itu.



yeah, life goes on dan waktu tak akan pernah berhenti untuk menunggu.

money.money.money!

Kalo aja di dunia ini nggak ada yang namanya mata uang, apa jadinya yaa?
Kadang aku mikir aku pengen hidup di tempat dimana masyarakatnya nggak kenal yang namanya mata uang. Apakah di tempat itu ada yang namanya si kaya dan si miskin? Apakah masyarakatnya mempunyai nilai keikhlasan? Apakah masih ada orang yang egois?
Abisnya sekarang ini yang aku liat, orang hidup hanya untuk uang.
Tanya aja kenapa orangtua nyekolahin anaknya. Jawabannya tak lain dan tak bukan ‘biar pinter lah’. Pertanyaanya berlanjut ‘terus kalo udah pinter buat apa?’ biar bisa dapet kerja dan dapet duit banyak. Sekarang coba kita Tanya anak yang bersekolah kenapa dia mau sekolah. Jawabannya juga pasti biar pinter, biar jadi orang sukses. Terus pertanyaan berlanjut, emang orang yang sukses orang yang kayak gimana? ‘orang yang mapan which is means banyak duit’, hanya sesederhana itu kah jawabannya?
Sekarang kita Tanya anak kelas 3 sma yang mau nentuin kemana dia bakalan ngelanjutin kuliah. Terus kita tawarin pilihan. Tanggapan pertama yang bakal mereka ajukan pasti pertanyaan ‘emang prospeknya gimana?’
Untuk kasus si anak kelas 3 sma ini udah jelas banget kesimpulannya mereka sekolah untuk cari uang, untuk cari gelar. Mereka nggak akan belajar kalau itu kerjaannya nanti nggak exist. Jadi kebanyakan dari mereka akan milih jurusan yang popular, yang nyari kerjanya gampang dan menghasilkan uang……………..
Pembahasan untuk itu kita skip dulu.
Jadi, balik ke masalah uang. Menurut saya sekarang uang sudah menjadi tuhan. Orang-orang tidak bisa hidup tanpa uang, apakah pernyataan itu benar?
Orang-orang tidak bisa hidup tanpa tuhan, apakah pernyataan itu benar?
Orang tidak bisa hidup tanpa toleransi, apakah pernyataan itu benar?
Orang tidak bisa hidup tanpa keikhlasan, kejujuran, kedamaian, apakah pernyataan itu benar?
Cobalah pilih satu saja pertanyaan yang jawabannya benar.
Saya hanya ingin mengungkapkan pendapat saya. Kenyataannya sekarang saya memang tidak bisa hidup tanpa uang. Semua yang saya butuhkan baru akan saya dapatkan kalo saya punya uang. Dan terkadang saya lihat banyak orang yang bisa hidup tanpa dia sendiri membutuhkan Tuhan (karna pada dasarnya semua makhluk hidup membutuhkan Tuhan). Manusia yang not praying kepada Tuhannya masih bisa menjalani kehidupannya tuh. Banyak orang kaya yang atheis, atau beragama tapi tidak menjalankan ibadahnya. Skali lagi knapa saya sebut orang kaya, karena mereka punya uang which is means mereka bisa menddapatkan kebutuhan mereka. Banyak sekali masalah yang ditimulkan gara-gara uang. Misalnya harta warisan yang diperebutkan diantara sanak saudara akan menimbulkan perselisihan. Mereka bilang mereka memperjuangkan hak mereka. Lalu kalau tidak ada uang, apakah masih ada yang akan mereka perjuangkan?
Uang bisa membeli segalanya, kekuasaan, massa, kepercayaan dll.
Waktu itu saya pernah naik metromini, waktu saya mau turun sang kondektur bentak2 suruh buruan turun. Akhirnya saya tidak diturunkan dengan cara yang pantas. Metromininya masih jalan dan saya harus turun saat itu juga walaupun ditengah jalan. Usut punya usut ternyata di belakang metromini itu ada saingannya juga. Jadi mereka saling kejar2an dan saling mendahului Dan saya asumsikan hal itu terjadi karena uang, karena mereka mengejar uang setoran. Dalam hati saya mengumpat, apakah uang lebih penting daripada nyawa manusia?
Memang sifat dasar manusia tidak bisa hidup tanpa imbalan.
Semua harus ada imbalan, baru sang manusia mau mengerjakan sesuatu. Dan manusia ingin imbalan yang instant, yang langsung dirasakan manfaatnya.

Bienvenue!

This is my new blog where i can share my random thoughts from shallow to deep. Hope this can delight you whenever you read it. Here are some of my posting from my previous blog. I'm very happy to hear your response about my posting so that we can learn together. Enjoy, and nice to meet you :)